Wednesday, 18 March 2015

SAR ( Search And Rescue )


source photo

 Pengertian dan Sejarah
SAR adalah pengerjaan dari personil yang terlatih dan fasilitas yang dapat digunakan untuk mencari, menolong dan menyelamatkan dengan efektif dan se-efesien mungkin terhadap jiwa manusia atau barang yang berharga, yang dalam keadaan mengkhawatirkan atau hilang, celaka atau sengsara dilokasi yang terisolir.

Karena sifat dari musibah, jarak, tehnik dan unsure SAR dari unit-unit terkait semakin banyak, maka diperlukan organisasi yang khusus menangani kegiatan SAR di Indonesia. Oleh karena itu berdasarkan Keppres no. 11 Tahun 1972 dibentuklah BADAN SAR INDONESIA (BASARI) yang selanjutnya menjadi BADAN SAR NASIONAL (BASARNAS) yang merupakan lembaga pelaksana kegiatan SAR tingkat pusat.

Sesuai PP No. 25 Tahun 2001 tentang pembentukan organisasi dan dinas-dinas di lingkungan pemerintah propinsi jawa tengah, bahwa penyelenggaraan SAR Propinsi / SAR Daerah menjadi salah satu tugas pokok dari dishubtel propinsi jawa tengah.

Organisasi SAR
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa SAR merupakan kegiatan yang sifatnya insidentil, akan tetapi SAR tidaklah sesederhana itu. Pada setiap misi SAR dibutuhkan suatu organisasi khusus yang didukung oleh personel yang cukup berkualitas, fasilitas yang cukup, perencanaan yang akurat, serta kecepatan daya gerak untuk menyelamatkan jiwa sebanyak dan sedini mungkin.

Elemen organisasi SAR ini dibagi atas pembatasan secara geografis dan area SAR di suatu Negara. Dengan demikian pembagian batas-batas tanggung jawab serta wilayah kerja untuk SAR coordinator telah ditentukan berdasarkan area geografis.
BASARNAS membentuk dan mengkordinasikan kantor koordinasi rescue (KKR) serta sub coordinator rescue (SKR).

Mengenai personil-personil dalam satu misi SAR dapat diuraikan secara lebih spesifik lagi sebagai berikut :
1.      SC ( SAR Coordinator )
Pejabat yang mampu memberikan dukungan KKR/SKR dalam menggerakkan unsure-unsur operasi SAR karena jabatan dan wewenang yang dimilikinya.

2.      SMC ( SAR Mission Coordinator )
Dalam kondisi dimana operasi SAR berlangsung dalam waktu yang lama, untuk kontinuitasinya ditunjuk seorang SMC yang bertanggung jawab atas pelaksanaan operasi mulai dari awal hingga akhir. SMC diberikan wewenang sepenuhnya untuk menggunakan seluruh fasilitas yang ada serta menambah fasilitas yang masih dibutuhkan.
Tanggung jawabnya antara lain meliputi :
a.       Ploting daerah operasi pencarian
b.      Membagi-bagi daerah pencarian kepada personil lapangan
c.       Menentukan cara dan fasilitas yang akan digunakan
d.      Mengadakan briefing pada personil SAR
e.       Mengevaluasi semua laporan dari manapun sumbernya
f.   Mencatat secara kronologis dan cermat mengenai kegiatan operaasionil SAR berupa daerah operasi pencarian, unsure SAR dan personil yang ditugaskan, serta hasil yang dicapai.
g.      Membuat laporan secara teratur kepada KKR/SKR dan kepada masyarakat bila diperlukan
h.      Menyarankan penghentian usaha pencarian bila dipandang perlu.

3.      OSC ( On Scene Commander )
Bila SMC tidak efektif lagi untuk mengendalikan sebagian dari pelaksanaan operasi di lapangan, ia harus menunjuk personil OSC. Banyaknya jumlah personil OSC ini tergantung dari besar kecilnya skala daerah operasi. Semakin besar dan kompleks area pencarian semakin banyak pula tenaga OSC diperlukan. Tugas OSC pada dasarnya sama dengan SMC walaupun dalam ruang lingkup yang lebih terfokus dan bersifat local. Karena ini merupakan pelimpahan wewenang dari SMC, maka OSC wajib untuk membuat laporan perkembangan operasi pencarian kepada SMC.

4.      SRU ( Search And Rescue Unit )
Unit inilah yang paling banyak memiliki personel, SRU merupakan ujung tombak dari suatu operasi SAR. Oleh karena itu personil SRU dituntut untuk memiliki daya juang dan keuletan tinggi, ketangguhan fisik dan mental serta ketrampilan penunjang lainnya.
Beberapa tugas utama SRU :

a.       Melaksanakan tugas ayang diberikan oleh SMC dan OSC, apabila keadaan menghendaki perubahan maka harus berkonsultasi dan disetujui oleh SMC dan OSC.

b.      Melaksanakan prosedur pencarian secara benar. Berbagai petunjuk pelaksanaan tugas aharus dikerjakan secara seksama dengan kewaspadaan, kesadaran dan ketelitian yang baik.

c.       Melapor segala kegiatan secar berkala kepada SMC/OSC pada waktu yang ditetapkan sambil konsultasi mengenai berbagai keperluan dan kepentingan guna kelancaran operasi SAR.

d.      Memasang rambu-rambu pada daerah pencarian guna membantu kelancaran dan ketepatan usaha dan system pencarian.

Rambu ini dapat berupa :
§  Rambu tanda
§  String line beserta rambu petunjuk arah
§  Ribbon / tali raffia

Rambu tertulis
§  Petunjuk ketinggian suatu tempat
§  Petunjuk arah ke suatu tempat
§  Catatan petunjuk lapangan.

e.       Memberikan pertolongan pertama kepada korban bila diperlukan. Pertolongan harus diberikan dengan pegetahuan dan kesadaran kemanusiaan yang tinggi agar tercapai makna dari maksud menolong.

f.       Melaksanakan evakuasi korban, baik dalam keadaan sehat, kesehatan yang rendah dan memburuk atau dalam keadaan meninggal atau jenazah yang telah membusuk. 

g.      Dapat melakukan hubungan komunikasi radio dengan baik dan jelas sesuai prosedur standart operasi radio yaitu mengadakan hubungan dengan pesawat HT. juga mengerti kode-kode yang telah disepakati bersama untuk dipergunakan dalam keadaan darurat.

h.      Membuat laporan kerja secara tertulis bila diminta oleh SMC/OSC

Tahapan Operasi SAR
Kegiatan operasi SAR dibagi dalam kelompok tahapan-tahapan sebagai berikut :

1.      Awareness Stage ( tahapan Kekhawatiran )
a.       Kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat mungkin akan muncul
b.      Penerimaan informasi keadaan darurat dari seseorang atau organisasi.

2.      Initial Stage ( Tahap Kesiapan )
a.       Mengevaluasi dan mengklarifikasikan informasi yang diperoleh
b.      Penyiagaan fasilitas SAR
c.       Pencarian awal dengan komunikasi

3.      Planning Stage ( Tahap Perencanaan )
a.       Perencanaan pencarian yang efektif dan dimana sepatutnya dilaksanakan
b.      Perencanaan pertolongan dan pembebasan akhir
c.       Menentukan posisi paling mungkin dari korban yang dalam keadaan darurat
d.      Luas dari pada daerah pencarian
e.       Menentukan pola pencarian yang cocok diterapkan
f.       Perencanaan pencarian optimum
g.      Menentukan metode pertolongan yang paling tepat
h.      Perencanaan pertolongan optimum
i.        Memilih titik pembebasan yang aman bagi korban
j.        Memilih fasilitas kesehatan yang sesuai bagi korban yang cedera

4.      Operation Stage ( Tahap Operasi )
a.       Memberikan briefing kepada unit pelaksanaan lapangan
b.      Memberangkatkan fasilitas SAR ke lokasi kejadian
c.       Melakukan operasi pencarian
d.      Menolong/menyelamatkan korban
e.       Melakukan penjadwalan unit pelaksana lapangan di lokasi keajadian
f.       Memberikan perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkan
g.      Mengirim korban yang cedera ke fasilitas perawatan kesehatan yang lebih lengkap

5.      Mission Conclusion Stage ( Tahap Konklusi Misi )
a.       Menarik kembali fasilitas SAR ke pos komando
b.      Debriefing penutup
c.       Menyiapkan laporan/mengatur kembali fasilitas SAR untuk dipulangkan
d.      Membuat laporan dan dokumentasi operasi SAR tersebut

Komponen SAR
1.      Organisasi
2.      Fasilitas
3.      Komunikasi
4.      Perawatan darurat
5.      Dokumentasi

Perencanaan dan Strategi SAR
Perencanaan diawali dengan pengumpulan berbagai informasi dan data tentang peristiwa/musibah yang terjadi dan dapat diperoleh dari :
1.   Informasi tentang terjadinya musibah, antara lain; apa yang terjadi?, dimana?, kapan terjadi?, siapa korbannya?, mengapa dan bagaimana terjadi?.
2.    Informasi tentang korban secara menyeluruh 
3. Informasi tentang keadaan medan, cuaca, peta wilayah, peta topografi, analisa medan dan sebagainya. Khususnya dapatkan informasi dari penduduk sekitar wilayah, polisi hutan, petugas PHPA, pendaki berpengalaman, saksi mata yang pernah bertemu korban dijalan, dsb.
4.   Informasi tentang tersedianya berbagai afasilitas penunjang bagi kelancaran operasi SAR, antara lain; tenaga personil SAR waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan operasi SAR, keadaan politik, serta pemanfaatannya untuk menunjang operasi SAR, logistic, sarana komunikasi, sarana mendirikan base camp, dsb.

Strategi pencarian diawali dengan menentukan lokasi pencarian ( Search Area ) yang pada dasarnya ada 4 metode pendekatan, yaitu :
1.      Metode teoritis, yaitu dengan melingkari daerah pencarian dengan jarak radius tertentu berdasarakan perkiraan jarak tempuh korban dari titik awal diketahui korban terakhir berada (point last seen)
2.      Metode statistic, yaitu dengan mempelajari kejadian berdasarkan satatistik dari peristiwa SAR dimasa yang lalu
3.      Metode Subyektif, yaitu berdasarkan pengalaman luas dari berbagai pihak yang pernah mengikuti kegiatan SAR, serta kenal akan daerah pencarian, sehingga pendapat dan petunjuk mereka dapat dipakai sebagai panutan bagi operasi SAR.
4.      Metode Mattson, yaitu setelah menentukan beberapa lokasi pencarian, skala prioritas ditentukan dari hasil pilihan mayoritas dari beberapa tenaga ahli SAR

Tehnik pencarian
Dalam perencanaan pencarian yang bervariasi, ada 5 mode pencarian yang saling mendukung satu sama lainnya, yaitu :
1.      Preliminary Mode
Yaitu usaha yang dilakukan untuk dapat :
a.       Informasi awal
b.      Mengkoordinir regu pencari
c.       Membentuk pos pengendali
d.      Merencanakan pencarian awal
e.       Menyusun rencana operasi pencarian
Pada kondisi ini para individu SRU tidak terlibat

2.      Continement Mode
Yaitu usaha untuk mengurung survivor didalam area pencarian. Metode pencarian yang digunakan antara lain :
a.       Blocking
§  Trail Blocking : tim-tim kecil dikirim untuk membloakir/menjaga jalur-jalur setapak sekitar daerah pencarian
§  Road Blocking : jalan yang diblokir merupakan jalan-jalan disekeliling batas daearah pencarian.
  
b.      Look Outs
Mengawasi daerah-daerah sekitar area pencarian dengan menempatkan tim-tim kecil diketinggian.

c.       Camp In
Mendirikan pos-pos pada posisi yang strategis misalnya dipersimpangan jalan setapak dan dipertemuan aliran sungai. Camp ini juga berfungsi sebagai pos relay radio.

d.      Track Traps
Membuat dan memanfaatkan rintangan-rintangan alam seperti tanah lunak agar survivor yang melewati daerah tersebut dapat meninggalkan jejak yang jelas.

e.       String Line
Membuat batas buatan yang ditarik mengikuti jalur tertentu yang diharapkan akan membatasi ruang gerak korban. Cara ini lebih efektif untuk daerah yang bervegetasi rapat.

3.      Detection Mode
Yaitu usaha pencarian korban dengan melakukan pemeriksaan dan penyapuan terhadap tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat dimana survivor berada.
Detection Mode dibagi menjadi 3 tipe antara lain :

a.       Type I search (reconnaissance/hasty search)
Pemeriksaan dan pencarian informasi secepat mungkin untuk daerah-daerah yang dicurigai, jumlah personil 3-6 orang

b.      Type II search (open grid)
Pemeriksaan yang cepat secara sistematis pada area yang luas dengan menggunakan metode penyapuan. Jumlah personil 4-6 orang yang berjalan berbanjar dengan jarak antar personil 10-20 meter. Salah seorang anggota tim harus menjaga arah kompas serta jarak antar personil tidak tumpang tindih dan tak terarah.

c.       Type III search (close grid)
Pemeriksaan yang agak lambat pada daerah yang lebih sempit tetapi dilakukan secermat mungkin. Jumlah personil 5-10 orang yang berjalan berbanjar dengan dengan jarak antar personil 3 meter.

4.      Tracking Mode
Mencari jejak atau sesuatu yang ditinggalkan survivor, dalam hini dapat digunakan anjing pelacak dan orang yang terlatih dalam mencari dan mengikuti jejak.

5.      Evacuation Mode
Memberi pertolongan pertama dan membawa “lost person” ketitik pengerahan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Marker : digunakan untuk menandai awal dan akhir pelnyapuan dari setiap regu dan dapat memberi keterangan dari mana penyapuan diawali / diakhiri dan hal lain yang berkaitan dalam penyapuan (misalnya telah ditemukan sesuatu yang dicurigai milik survivor). Dengan adanya marker kesalahan penentuan koordinat dan jarak dimedan di regu pencari dapat terdeteksi.
  
Evakuasi
Bila survivor telah ditemukan, regu pencari harus melakukan :
1.      Memberikan pertolongan pertama
2.      Meyakinkan survivor bahwa ia selamat
3.      Melapor ke pos pengendali tentang kondisi dan lokasi ditemukannya survivor.
Kemungkinan kondisi survivor saat ditemukan :
1.      Cedera berat
2.      Cedera ringan
3.      Meninggal dunia
Evakuasi survivor hanya diputuskan oleh SMC/OSC.

ESAR ( Explore Search And Rescue )
ESAR adalah metode SAR gunung hutan yang dikenal dan dikembangkan di Amerika sejak tahun 50-an. SAR Gunung Hutan yang lebih terfokus pada usaha pencarian dan penyelamatan manusia atau sesuatu yang berharga yang dinyatakan atau dikhawatirkan hilang dimedan tak dikenal (Wilderness Areas) seperti gnung hutan belantara, padang pasir, padang semak belukar.

Mencari dan menolong orang yang hilang di gunung hutan menjadi satu ilmu yang dirasakan perlu diketahui masyarakat pada aumumlnya dan kalangan pecianta alam/pendaki gunung pada khususnya, terutama makin sringnya musibah hilangnya orang digunung. Untuk itu ada baiknya untuk kita lebih banyak mengetahui tentang SAR GunungHutan ( ESAR ).


SOURCE : DIKTAT MAHAPATI UNISSULA

Unknown Web Developer

No comments:

Post a Comment