source photo |
Pengertian dan Sejarah
SAR
adalah pengerjaan dari personil yang terlatih dan fasilitas yang dapat
digunakan untuk mencari, menolong dan menyelamatkan dengan efektif dan
se-efesien mungkin terhadap jiwa manusia atau barang yang berharga, yang dalam
keadaan mengkhawatirkan atau hilang, celaka atau sengsara dilokasi yang
terisolir.
Karena
sifat dari musibah, jarak, tehnik dan unsure SAR dari unit-unit terkait semakin
banyak, maka diperlukan organisasi yang khusus menangani kegiatan SAR di
Indonesia. Oleh karena itu berdasarkan Keppres no. 11 Tahun 1972 dibentuklah
BADAN SAR INDONESIA (BASARI) yang selanjutnya menjadi BADAN SAR NASIONAL
(BASARNAS) yang merupakan lembaga pelaksana kegiatan SAR tingkat pusat.
Sesuai
PP No. 25 Tahun 2001 tentang pembentukan organisasi dan dinas-dinas di
lingkungan pemerintah propinsi jawa tengah, bahwa penyelenggaraan SAR Propinsi
/ SAR Daerah menjadi salah satu tugas pokok dari dishubtel propinsi jawa
tengah.
Organisasi SAR
Seperti
telah diungkapkan sebelumnya bahwa SAR merupakan kegiatan yang sifatnya
insidentil, akan tetapi SAR tidaklah sesederhana itu. Pada setiap misi SAR
dibutuhkan suatu organisasi khusus yang didukung oleh personel yang cukup
berkualitas, fasilitas yang cukup, perencanaan yang akurat, serta kecepatan
daya gerak untuk menyelamatkan jiwa sebanyak dan sedini mungkin.
Elemen
organisasi SAR ini dibagi atas pembatasan secara geografis dan area SAR di
suatu Negara. Dengan demikian pembagian batas-batas tanggung jawab serta
wilayah kerja untuk SAR coordinator telah ditentukan berdasarkan area
geografis.
BASARNAS membentuk dan
mengkordinasikan kantor koordinasi rescue (KKR) serta sub coordinator rescue
(SKR).
Mengenai personil-personil
dalam satu misi SAR dapat diuraikan secara lebih spesifik lagi sebagai berikut
:
1.
SC ( SAR
Coordinator )
Pejabat yang
mampu memberikan dukungan KKR/SKR dalam menggerakkan unsure-unsur operasi SAR
karena jabatan dan wewenang yang dimilikinya.
2.
SMC ( SAR
Mission Coordinator )
Dalam
kondisi dimana operasi SAR berlangsung dalam waktu yang lama, untuk
kontinuitasinya ditunjuk seorang SMC yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
operasi mulai dari awal hingga akhir. SMC diberikan wewenang sepenuhnya untuk
menggunakan seluruh fasilitas yang ada serta menambah fasilitas yang masih
dibutuhkan.
Tanggung
jawabnya antara lain meliputi :
a. Ploting daerah operasi pencarian
b. Membagi-bagi daerah pencarian kepada personil lapangan
c. Menentukan cara dan fasilitas yang akan digunakan
d. Mengadakan briefing pada personil SAR
e. Mengevaluasi semua laporan dari manapun sumbernya
f. Mencatat secara kronologis dan cermat mengenai
kegiatan operaasionil SAR berupa daerah operasi pencarian, unsure SAR dan
personil yang ditugaskan, serta hasil yang dicapai.
g. Membuat laporan secara teratur kepada KKR/SKR dan
kepada masyarakat bila diperlukan
h. Menyarankan penghentian usaha pencarian bila dipandang
perlu.
3.
OSC ( On Scene
Commander )
Bila SMC tidak
efektif lagi untuk mengendalikan sebagian dari pelaksanaan operasi di lapangan,
ia harus menunjuk personil OSC. Banyaknya jumlah personil OSC ini tergantung
dari besar kecilnya skala daerah operasi. Semakin besar dan kompleks area
pencarian semakin banyak pula tenaga OSC diperlukan. Tugas OSC pada dasarnya
sama dengan SMC walaupun dalam ruang lingkup yang lebih terfokus dan bersifat
local. Karena ini merupakan pelimpahan wewenang dari SMC, maka OSC wajib untuk
membuat laporan perkembangan operasi pencarian kepada SMC.
4.
SRU ( Search And
Rescue Unit )
Unit inilah yang
paling banyak memiliki personel, SRU merupakan ujung tombak dari suatu operasi
SAR. Oleh karena itu personil SRU dituntut untuk memiliki daya juang dan
keuletan tinggi, ketangguhan fisik dan mental serta ketrampilan penunjang
lainnya.
Beberapa tugas
utama SRU :
a. Melaksanakan tugas ayang diberikan oleh SMC dan OSC,
apabila keadaan menghendaki perubahan maka harus berkonsultasi dan disetujui
oleh SMC dan OSC.
b. Melaksanakan prosedur pencarian secara benar. Berbagai
petunjuk pelaksanaan tugas aharus dikerjakan secara seksama dengan kewaspadaan,
kesadaran dan ketelitian yang baik.
c. Melapor segala kegiatan secar berkala kepada SMC/OSC
pada waktu yang ditetapkan sambil konsultasi mengenai berbagai keperluan dan
kepentingan guna kelancaran operasi SAR.
d. Memasang rambu-rambu pada daerah pencarian guna
membantu kelancaran dan ketepatan usaha dan system pencarian.
Rambu ini dapat berupa :
§ Rambu tanda
§ String line beserta rambu petunjuk arah
§ Ribbon / tali raffia
Rambu tertulis
§ Petunjuk ketinggian suatu tempat
§ Petunjuk arah ke suatu tempat
§ Catatan petunjuk lapangan.
e. Memberikan pertolongan pertama kepada korban bila
diperlukan. Pertolongan harus diberikan dengan pegetahuan dan kesadaran
kemanusiaan yang tinggi agar tercapai makna dari maksud menolong.
f. Melaksanakan evakuasi korban, baik dalam keadaan
sehat, kesehatan yang rendah dan memburuk atau dalam keadaan meninggal atau
jenazah yang telah membusuk.
g. Dapat melakukan hubungan komunikasi radio dengan baik
dan jelas sesuai prosedur standart operasi radio yaitu mengadakan hubungan
dengan pesawat HT. juga mengerti kode-kode yang telah disepakati bersama untuk
dipergunakan dalam keadaan darurat.
h. Membuat laporan kerja secara tertulis bila diminta
oleh SMC/OSC
Tahapan Operasi SAR
Kegiatan operasi SAR dibagi
dalam kelompok tahapan-tahapan sebagai berikut :
1.
Awareness Stage
( tahapan Kekhawatiran )
a. Kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat mungkin akan
muncul
b. Penerimaan informasi keadaan darurat dari seseorang
atau organisasi.
2.
Initial Stage (
Tahap Kesiapan )
a. Mengevaluasi dan mengklarifikasikan informasi yang
diperoleh
b. Penyiagaan fasilitas SAR
c. Pencarian awal dengan komunikasi
3.
Planning Stage (
Tahap Perencanaan )
a. Perencanaan pencarian yang efektif dan dimana
sepatutnya dilaksanakan
b. Perencanaan pertolongan dan pembebasan akhir
c. Menentukan posisi paling mungkin dari korban yang
dalam keadaan darurat
d. Luas dari pada daerah pencarian
e. Menentukan pola pencarian yang cocok diterapkan
f. Perencanaan pencarian optimum
g. Menentukan metode pertolongan yang paling tepat
h. Perencanaan pertolongan optimum
i.
Memilih titik
pembebasan yang aman bagi korban
j.
Memilih
fasilitas kesehatan yang sesuai bagi korban yang cedera
4.
Operation Stage
( Tahap Operasi )
a. Memberikan briefing kepada unit pelaksanaan lapangan
b. Memberangkatkan fasilitas SAR ke lokasi kejadian
c. Melakukan operasi pencarian
d. Menolong/menyelamatkan korban
e. Melakukan penjadwalan unit pelaksana lapangan di
lokasi keajadian
f. Memberikan perawatan gawat darurat pada korban yang
membutuhkan
g. Mengirim korban yang cedera ke fasilitas perawatan
kesehatan yang lebih lengkap
5.
Mission
Conclusion Stage ( Tahap Konklusi Misi )
a. Menarik kembali fasilitas SAR ke pos komando
b. Debriefing penutup
c. Menyiapkan laporan/mengatur kembali fasilitas SAR
untuk dipulangkan
d. Membuat laporan dan dokumentasi operasi SAR tersebut
Komponen SAR
1. Organisasi
2. Fasilitas
3. Komunikasi
4. Perawatan darurat
5. Dokumentasi
Perencanaan dan Strategi SAR
Perencanaan
diawali dengan pengumpulan berbagai informasi dan data tentang
peristiwa/musibah yang terjadi dan dapat diperoleh dari :
1. Informasi
tentang terjadinya musibah, antara lain; apa yang terjadi?, dimana?, kapan
terjadi?, siapa korbannya?, mengapa dan bagaimana terjadi?.
2. Informasi
tentang korban secara menyeluruh
3. Informasi
tentang keadaan medan, cuaca, peta wilayah, peta topografi, analisa medan dan
sebagainya. Khususnya dapatkan informasi dari penduduk sekitar wilayah, polisi
hutan, petugas PHPA, pendaki berpengalaman, saksi mata yang pernah bertemu
korban dijalan, dsb.
4. Informasi
tentang tersedianya berbagai afasilitas penunjang bagi kelancaran operasi SAR,
antara lain; tenaga personil SAR waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
operasi SAR, keadaan politik, serta pemanfaatannya untuk menunjang operasi SAR,
logistic, sarana komunikasi, sarana mendirikan base camp, dsb.
Strategi
pencarian diawali dengan menentukan lokasi pencarian ( Search Area ) yang pada
dasarnya ada 4 metode pendekatan, yaitu :
1. Metode
teoritis, yaitu dengan melingkari daerah pencarian dengan jarak radius tertentu
berdasarakan perkiraan jarak tempuh korban dari titik awal diketahui korban
terakhir berada (point last seen)
2. Metode
statistic, yaitu dengan mempelajari kejadian berdasarkan satatistik dari
peristiwa SAR dimasa yang lalu
3. Metode
Subyektif, yaitu berdasarkan pengalaman luas dari berbagai pihak yang pernah
mengikuti kegiatan SAR, serta kenal akan daerah pencarian, sehingga pendapat
dan petunjuk mereka dapat dipakai sebagai panutan bagi operasi SAR.
4. Metode
Mattson, yaitu setelah menentukan beberapa lokasi pencarian, skala prioritas
ditentukan dari hasil pilihan mayoritas dari beberapa tenaga ahli SAR
Tehnik
pencarian
Dalam perencanaan pencarian yang bervariasi, ada 5
mode pencarian yang saling mendukung satu sama lainnya, yaitu :
1. Preliminary
Mode
Yaitu usaha yang dilakukan untuk dapat :
a.
Informasi awal
b.
Mengkoordinir regu pencari
c.
Membentuk pos pengendali
d.
Merencanakan pencarian awal
e.
Menyusun rencana operasi pencarian
Pada kondisi ini para individu SRU tidak
terlibat
2. Continement
Mode
Yaitu usaha untuk
mengurung survivor didalam area pencarian. Metode pencarian yang digunakan
antara lain :
a.
Blocking
§ Trail
Blocking : tim-tim kecil dikirim untuk membloakir/menjaga jalur-jalur setapak
sekitar daerah pencarian
§ Road
Blocking : jalan yang diblokir merupakan jalan-jalan disekeliling batas daearah
pencarian.
b.
Look Outs
Mengawasi
daerah-daerah sekitar area pencarian dengan menempatkan tim-tim kecil
diketinggian.
c.
Camp In
Mendirikan
pos-pos pada posisi yang strategis misalnya dipersimpangan jalan setapak dan
dipertemuan aliran sungai. Camp ini juga berfungsi sebagai pos relay radio.
d.
Track Traps
Membuat
dan memanfaatkan rintangan-rintangan alam seperti tanah lunak agar survivor
yang melewati daerah tersebut dapat meninggalkan jejak yang jelas.
e.
String Line
Membuat
batas buatan yang ditarik mengikuti jalur tertentu yang diharapkan akan
membatasi ruang gerak korban. Cara ini lebih efektif untuk daerah yang
bervegetasi rapat.
3. Detection
Mode
Yaitu usaha pencarian korban dengan
melakukan pemeriksaan dan penyapuan terhadap tempat-tempat yang dicurigai
sebagai tempat dimana survivor berada.
Detection Mode dibagi menjadi 3 tipe
antara lain :
a.
Type I search (reconnaissance/hasty
search)
Pemeriksaan
dan pencarian informasi secepat mungkin untuk daerah-daerah yang dicurigai,
jumlah personil 3-6 orang
b.
Type II search (open grid)
Pemeriksaan
yang cepat secara sistematis pada area yang luas dengan menggunakan metode
penyapuan. Jumlah personil 4-6 orang yang berjalan berbanjar dengan jarak antar
personil 10-20 meter. Salah seorang anggota tim harus menjaga arah kompas serta
jarak antar personil tidak tumpang tindih dan tak terarah.
c.
Type III search (close grid)
Pemeriksaan
yang agak lambat pada daerah yang lebih sempit tetapi dilakukan secermat
mungkin. Jumlah personil 5-10 orang yang berjalan berbanjar dengan dengan jarak
antar personil 3 meter.
4. Tracking
Mode
Mencari jejak atau sesuatu yang
ditinggalkan survivor, dalam hini dapat digunakan anjing pelacak dan orang yang
terlatih dalam mencari dan mengikuti jejak.
5. Evacuation
Mode
Memberi pertolongan pertama dan membawa
“lost person” ketitik pengerahan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Marker
: digunakan untuk menandai awal dan akhir pelnyapuan
dari setiap regu dan dapat memberi keterangan dari mana penyapuan diawali /
diakhiri dan hal lain yang berkaitan dalam penyapuan (misalnya telah ditemukan
sesuatu yang dicurigai milik survivor). Dengan adanya marker kesalahan
penentuan koordinat dan jarak dimedan di regu pencari dapat terdeteksi.
Evakuasi
Bila survivor telah ditemukan, regu pencari harus
melakukan :
1.
Memberikan pertolongan pertama
2.
Meyakinkan survivor bahwa ia selamat
3.
Melapor ke pos pengendali tentang
kondisi dan lokasi ditemukannya survivor.
Kemungkinan kondisi survivor saat ditemukan :
1.
Cedera berat
2.
Cedera ringan
3.
Meninggal dunia
Evakuasi survivor hanya diputuskan oleh SMC/OSC.
ESAR
( Explore Search And Rescue )
ESAR adalah metode SAR gunung
hutan yang dikenal dan dikembangkan di Amerika sejak tahun 50-an. SAR Gunung
Hutan yang lebih terfokus pada usaha pencarian dan penyelamatan manusia atau
sesuatu yang berharga yang dinyatakan atau dikhawatirkan hilang dimedan tak
dikenal (Wilderness Areas) seperti gnung hutan belantara, padang pasir, padang
semak belukar.
Mencari dan menolong
orang yang hilang di gunung hutan menjadi satu ilmu yang dirasakan perlu
diketahui masyarakat pada aumumlnya dan kalangan pecianta alam/pendaki gunung
pada khususnya, terutama makin sringnya musibah hilangnya orang digunung. Untuk
itu ada baiknya untuk kita lebih banyak mengetahui tentang SAR GunungHutan (
ESAR ).
SOURCE : DIKTAT MAHAPATI UNISSULA
No comments:
Post a Comment