source photo |
Pemanjatan
Definisinya adalah
sebuah perjalanan dengan medan yang curam (70°) memerlukan pengetahuan,
ketrampilan dan peralatan yang memadai.
Berdasarakan jenis medannya :
1.
Medan alami tebing
2.
Medan buatan papan tembok
Dasar-dasar pemanjatan
Teknik pemanjatan
Teknik dasar pemanjatan
pada dasarnya merupakan cara agar kita dapat menempatkan tubuh sedemikian rupa
sehingga cukup stabil, memberi peluang untuk bergerak dan dapat bertahan lama,
sehingga kita dapat melakukan pemanjatan dengan cepat.
Berdasarkan kondisi tebing
Pada umumnya dinding
tebing terdiri dari berbagai macam crack dan ledges, sebagai akibat dari
pengaruh iklim, suhu serta factor lainnya. Dinding tebing mengalami kontraksi
dan ekspansi yang mengakibatkan munculnya celah mulai dari yang sempit sampai
celah yang lebar. Dinding sering mengalami erosi sehingga menjadi kasar dan
tidak rata permukaannya, sehingga dapat dijadikan tumpuan/pijakan. Karena
banyaknya macam kondisi tebing ini, maka teknik memanjat dikelompokkan menjadi
3 kategori umum. Pengelompokan ini sesuai dengan bagian tebing yang
dimanfaatkan untuk memperoleh gaya tumpuan dan pegangan.
1. Face
climbing
Yaitu memanjat tebing
dimana masih terdapat tonjolan batu atau rongga yang memadai sebagai pijakan
ataupun pegangan tangan. Berdasarkan bentuk tonjolan, tangan dapat memegang,
menekan, menjepit dan menggenggam. Tonjolan tajam dan datar yang besar seluruh
tangan dapat memegang, bila kecil dan sempit hanya beberapa jari saja yang
dapat memegang pada tonjolan lengkung biasanya digenggam atau dicepit.
Tonjolan dapat juga
dipakai sebagai injakan. Pada tonjolan yang sempit kaki hanya dapat bertumpu
pada ujungnya saja. Tempatkan tumit lebih rendah dari ujung kaki yang
bersinggungan dengan tebing agar tetap seimbang. Bila terlalu sempit sehingga
ujung kaki pun tidak cukup maka tempatkan kaki sebelah dalam dari ujung kaki.
2. Friction/Slab
Climbing
Yaitu memanjat tebing hanya dengan
mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya tumpuan.
3. Fissure
Climbing
Yaitu memanjat tebing dengan
memanfaatkan celah untuk memasukkan anggota badan.
Dengan cara demikian dan beberapa
perkembangan dikenal teknik sebagai berikut :
a.
Jamming
Tehnik
memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu lebar, jari tangan/kaki
dapat dimasukkan pada celah.
b. Laybacking
Digunakan pada celah vertical yang
membentuk sudut.
Dasar gerakan
Penggunaan gerakan berlawanan arah
dengan cara menekan dengan mendorong dinding di depan dengan kaki dan menahan
badan tarikan tangan pada celah.
Teknik ini sangat melelahkan. Perlu
tenaga besar. Untuk menghemat tenaga usahakan tarikan tangan yang penuh
menempatkan kaki tidak terlalu jauh dari tangan.
c. Chimneying
Digunakan pada tebing memiliki celah
vertikal yang besar dan luas sehingga membentuk suatu cerobong.
Dasar gerakan
Seluruh tubuh pemanjat diselipkan pada
cerobong, gerakan naik dihasilkan dengan melakukan tekanan ke samping dan ke
atas.
Berdasarkan besar celah terdapat 3
teknik
- Wriggling
Pada celah yang agak lebar, sehingga
seluruh badan dapat masuk dan kaki serta tangan dapat ditekuk
Dasar gerakan
Punggung, pundak dan kaki menyandar
kesisi tebing belakang sedang lutut dan telapak tangan mendorong dinding ke
depan
- Backing
up
Pada celah yang cukup besar, sehingga
badan, kaki dan tangan dapat bergerak bebas. Jangan mengangkat badan terlalu
jauh dari kaki agar tak tergelincir
- Bridging
Celah sangat lebar, posisi tubuh harus
menghadap luar atau dalam celah. Sebagian besar badan disangga kaki, sementara
tangan membantu naik
Proses memanjat merupakan gabungan dari berbagai
kegiatan dasar yaitu :
1. Mengamati, mengenal medan, dan
menentukan lintasan yang akan dilalui baik secara keseluruhan maupun selangkah,
yang sangat menentukan untuk langkah berikutnya.,
2.
Memikirkan tehnik yang akan dipakai
secara keseluruhan maupun selangkah demi selangkah.
3.
Mempersiapkan perlengkapan yang
diperlukan.
4.
Gerak memanjat yang sesuai dengan
lintasan dan tehnik yang direncanakan.
Pedoman pemanjatan :
1.
Jaga keseimbangan tubuh (balance)
2.
Jangan membebankan berat pada tangan
atau kaki saja tetapi seimbang
3.
Jangkauan jangan terlalu jauh (boros
tenaga)
4.
Gunakan tehnik 3.1 (3 bertumpu 1
mencari)
Langkah-langkah pemanjatan :
1.
Pemilihan rute (berdasar data dan
kemampuan)
2.
Persiapan fisik
3.
Persiapan peralatan
4.
Kemampuan teknis
5.
Menentukan leader dan belayer
6.
Persiapan
7.
Pemanjatan mulai
Gerakan dasar pemanjatan :
1.
Dalam memanjat tidak berbeda dengan
menaiki tangga, sedapat mungkin kekuatan tertumpu pada kaki dan bukan tangan.
Sedapat mungkin posisi tangan lurus karena dengan posisi tangan lurus beban
yang diterima relative kecil.
2.
Pada kebanyakan pemanjat pemula dalam
memegang point (tebing), mereka selalu menggunakan keseluruhan jari tangan
(menggenggam). Hal tersebut tidak perlu, karena dalam memegang point hanya jari
yang digunakan untuk seperlunya saja asal jari tidak tergelincir dari point dan aman. Jari harus rileks dalam
memegang point.
3.
Pada saat mencapai pegangan, usahakan
posisi lengan dekat/menempel dengan tebing. Hal tersebut menyebabkan gravitasi
tubuh semakin dekat dengan tebing, selain itu dengan posisi lengan menempel
pada tebing akan menambah jangkauan tangan kita.
4.
Pada saat mencapai pegangan, pegangan
tersebut jangan langsung dibebani dengan seluruh berat badan kita.
Point/pegangan terlebih dahulu dirasakan dengan jari kita untuk mendapatkan
posisi tangan yang terbaik dan tepat. Karena setiap point akan berbeda dalam
cara memegangnya.
5.
Ketika mulai memanjat dan sedang
memanjat, usahakan jangkauan jangan terlalu jauh, sehingga berat badan masih
tetap terkonsentrasi pada bidang tumpuan. Gerakan yang cepat dan tergesa-gesa
bisa berbahaya.
6.
Dalam pergerakan, menyilangkan kaki akan
dapat menghilangkan keseimbangan dan biasanya sulit dilakukan. Penting sekali
bergerak dengan 3 bagian anggota badan tetap pada tumpuan sedang 1 anggota
badan lainnya mencari tumpuan baru. Gerakan ini disebut 3.1, sebelum bertumpu
pada suatu pegangan hendaknya dicoba dulu apakah tumpuan tersebut mampu menahan
beban tubuh kita.
Macam pegangan tangan :
-
Open grip
-
Cling grip
-
Cling grip+thumb
-
Vertical grip
-
Pocket grip
-
Pinch grip
Belaying
adalah suatu cara yang digunakan untuk mengulur tali, juga tehnik untuk secara
cepat menahan/mengamankan pemanjat apabila jatuh. Semua system proteksi dari
rock climbing tergantung pada kepastian dari kerja belay anchor dan belayer
sehingga perhatian terhadap belay anchor dan belayer sangat diperlukan :
-
Sticht plate
-
Lowe tuber
-
Munter hitch/Italian hitch
-
Figure of 8
Pembagian pemanjatan berdasarkan pemakaian alat :
1. Free
climbing
Pada free climbing sipemanjat
memanfaatkan alat hanya sebagai pengaman. Tali, carabiner, sling, chock, dan
piton tetap dipakai, tetapi hanya dipakai sebagai pengaman bila jatuh.
2. Free
soloing climbing
Merupakan bagian dari free climbing,
tetapi si pemanjat benar-benar melakukannya dengan segala resiko yang siap
dihadapinya seorang diri. Dalam pergerakannya dia tidak memerlukan pengaman.
Peralatan yang digunakan biasanya adalah sepatu dan chalk bag
3. Artificial
climbing
Adalah pemanjatan tebing dengan bantuan
peralatan tambahan seperti paku tebing, bor, stirrup, dan lain-lain. Alat-alat
tersebut digunakan untuk menambah ketinggian.
Teknik turun/rappelling
Teknik ini digunakan
untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai tehnik yang sepenuhnya tergantung
dari peralatan.
Prinsip rappelling sebagai berikut :
1.
Menggunakan tali rappel sebagai jalur
lintasan dan tempat bergantung.
2.
Menggunakan gaya berat badan dan gaya
tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
3.
Menggunakan salah satu tangan untuk
keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan turun.
4.
Dalam melakukan rappelling usahakan
posisi badan selalu tegak lurus dengan tebing dan jangan terlalu cepat turun.
Sebelum memulai turun sebaiknya:
1.
Periksa terlebih dahulu anchor
2.
Pastikan bahwa tidak ada simpul pada
tali yang digunakan
3.
Pastikan bahwa tali sampai pada dasar tebing
4.
Mengamati lintasan yang akan dilalui
5.
Pastikan bahwa pakaian tidak akan
tersangkut pada carabiner atau peralatan lainnya.
Macam-macam dan variasi tehnik rappelling :
1. Body
rappel
Menggunakan peralatan tali saja, yang
dibelitkan sedemikian rupapada bagian badan. Pada tehnik ini terjadi gesekan
antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang bergesekan akan panas.
2. Brakebar
rapple
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner,
tali dan brakebar. Modifikasi lain brakebar adalah descender (figure of eight).
Pemakaiannya hamper sama, dimana gaya gesek diberikan pada descender.
3. Sling
rapple
Menggunakan sling atau tali tubuh,
carabiner dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan karena tidak memerlukan
peralatan lain, dan dirasa cukup aman.
4. Arm
rappel
Menggunakan tali yang dibelitkan pada
kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing yang
tidak terlalu curam.
Peralatan pemanjatan :
1. Tali
karmantel
Fungsi utama tali adalah sebagai
pengaman apabila jatuh.
Macam tali karmantel berdasarkan kelenturannya :
a.
Tali Statis
Tali
pemanjatan yang memiliki kelenturan mencapai 2-5 % dari berat maximum yang
diberikan, sifatnya kaku. Biasa digunakan untuk caving.
b.
Tali Dinamis
Tali
pemanjatan yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maximum yang diberikan,
sifatnya lentur dan flexible. Biasa digunakan untuk rock climbing.
c.
Tali Semi Statis
Tali
pemanjatan yang kelenturannya mencapai 10 % dari berat maximum yang diberikan.
Biasa digunakan untuk rescue.
Beberapa hal yang harus diperhatikan
untuk menjaga keawetan tali :
a.
Untuk mencegah mbrodol, ujung tali
haruslah dirapatkan dengan cara membakarnya atau ditempelkan dengan pisau
panas.
b.
Tali yang baru terlebih dahulu di cuci,
agar sisa minyak dari pabrik dapat hilang dan lapisan luar bersatu.
c.
Hindari tali dari terik panas matahari, karena tali nilon akan
meleleh pada suhu 215-220°C, ketika rappelling janganlah turun terlalu cepat
karena akan menyebabkan panas pada tali.
d.
Untuk menghindari gesekan, lapisilah
tebing yang akan dilalui dengan matras.
e.
Hindari turun dengan meloncat dan
menghentak tali.
f.
Hindari tali dari zat-zat kimia apapun
agar tidak cepat lapuk.
g.
Jangan menduduki atau menginjak tali,
karena tanah dan kotoran lain dapat menyelinap masuk diantara serat –serat tali
dan mempercepat kerusakan tali tanpa diketahui.
h.
Jangan menggantung tali dengan beban
dengan jangka waktu yang lama.
i.
Lepaskan segala jenis simpul setelah
memakai tali.
j.
Hindari gesekan tali dengan tali yang
lain, karena dalam waktu singkat tali akan menjadi panas.
k.
Jangan sekali menggunakan tali untuk
menarik mobil atau benda berat lainnya, karena dapat menyebabkan daya
elastisnya hilang.
l.
Cucilah tali setelah dipakai untuk
eksplorasi atau latihan. Jangan menggunakan air panas semakin dingin air yang
dipakai semakin baik, jangan menggunakan sabun.
m.
Lakukanlah pemeriksaan tali sebelum
dipakai, tali seringkali mengalami kerusakan pada bagian dalamnya; seratnya
putus sebagian misalnya. Untuk pengecekan, rabalah dan telusuri tali jengkal
demi jengkal bila ada bagian yang putus akan terasa dari perbedaan besar
diameter tali tersebut.
n.
Catatlah riwayat pemakaian tali untuk
mengetahui batas kekuatannya.
Macam – Macam Simpul
1.
Simpul mati
Gunanya
untuk menyambung dua utas tali yang sama besar dalam keadaan kering.
2.
Simpul hidup
Gunanya
sebagai awal suatu ikatan, mengikat sementara, membuat tangga tali
3.
Simpul jangkar
Gunanya
untuk mengikat tali pada tiang, mematikan/ mengunci ikatan/simpul, membuat
tandu darurat.
4.
Simpul anyam tunggal
Gunanya
untuk menyambung dua utas tali dalam keaaan kering yang tidak sama besarnya
5.
Simpul anyam berganda
Gunanya
untuk menyambung dua utas tali yang sama besarnya dalam keadaan basah atau
licin
6.
Simpul pangkal
Gunanya
untuk mengikat tali pada tiang sebagai simpul permulaan
7.
Simpul tambat
Gunanya
untuk mengikat pada tiang, mudah dilepaskan dan bila ditarik semakin kuat
8.
Simpul penarik
Gunanya
untuk menarik benda yang cukup besar
9.
Simpul tarik
Gunanya
untuk mengikat tali pada tiang dan mudah dilepaskan
10.
Simpul prusik
Gunanya
untuk pertolongan dimana dibutuhkan gerakan naik turun
11.
Simpul belay
Gunanya
untuk membelay pemanjat / turun tebing
12.
Simpul delapan
Gunanya
untuk akhir simpulan dan pengaman tubuh
13.
simpul laso
Gunanya
untuk menjerat / menangkap hewan
14.
Simpul kursi
Gunanya
untuk mengangkat atau menurunkan korban dari tebing
15.
Simpul kambing
Gunanya
untuk mengikat sesuatu tapi yang diikat masih leluasa bergerak
16.
Simpul tiang berganda
Gunanya
untuk menolong orang/mengangkat atau menurunkan korban
17.
Simpul pita
Gunanya
untuk menyambung pita/webbing
18.
Simpul nelayan
Gunanya
untuk mengikat dua ujung tali yang sama besar dan licin
2. Carabiner
Adalah sebuah cincin pengait yang
berbentuk oval atau huruf D. carabiner berfungsi untuk menghubungkan tali
dengan runner (titik pengaman). Kekuatan carabiner tercantum pada bodynya. Ada
dua jenis carabiner ;
a.
Carabiner screw gate (menggunakan kunci
pengaman)
b.
Carabiner non screw gate (tanpa kunci pengaman)
Kekuatan karabiner tergantung dari jenis
logam :
a.
Besi baja
Kuat,
tetapi berat sehingga kurang praktis
bila harus membawa banyak karabiner.
b.
Campuran aluminium
Ringan, tetapi kekuatan
sama dengan besi baja.
3. Webbing
Berupa pita yang terbuat dari bahan
nilon dan tidak mempunyai daya lentur.
Ada 2 jenis webbing
a.
Tubular (berbentuk bulat)
b.
Non tubular ( berbentuk pipih )
Berfungsi sebagai :
a.
Sebagai penghubung
b.
Membuat natural point dengan
memanfaatkan pohon atau lubang di tebing
c.
Mengurangi gaya gesek
d.
Memperpanjang point
e.
Mengurangi gerakan (yang menambah beban)
pada chock atau phiton yang terpasang
f.
Sebagai runner
g.
Sebagai harness
4. Ascender
a.
Alat bantu untuk naik, merupakan
perkembangan dari prussik
b.
System kerjanya alat akan menjepit tali
bila di bebani dan dapat digeser-geser ke atas dengan mudah bila tak menerima
beban.
c.
Alat ini dapat merusak tali.karena
menjepit berpaku tajam
5. Descender
Alat bantu turun tebing curam (rapling)
dengan memanfaatkan system geseran.
Jenis –jenis descendeur :
a.
Figure of eight
b.
Brake bar
c.
Auto stop
d.
Modifikasi dari carabiner
Dari semua diatas figure of eight dan
brake bar yang baik dipakai. Karena dapat berfungsi ganda sebagai alat
belaying.
6. Pasak
/piton
Terbuat dari bahan metal dalam berbagai
bentuk. berfungsi sebagai pengaman, piton/pasak ini ditancapkan pada
rekahan/celah tebing.
Bahan ; baja lunak, baja kromoli, baja
putih dan campuran aluminium
Tipe ; piton bilah, piton siku
7. Chock
Sebuah alat yang dimasukkan ke celah
batu dengan jari tangan hingga terjepit dan dapat menahan beban dari arah
tertentu, disebut juga pengaman sisip.
Secara garis besar mempunyai 3 bentuk :
a.
Bulat (round)
b.
Segi enam (hexagonal )disebut juga
hexentrik / hex
c.
Baji/pipih (wedge) disebut juga stopper
8. Friend
/ pengaman sisip pegas
Sebagai alat penjapit bila bentuk celah
tebing tidak sesuai dengan chock.
Macamnya dengan jumlah sisip genap,
ganjil dan big brother.
9. Harness/sabuk
pengaman
Sama halnya dengan webbing berfungsi
sebagai tali tubuh, hanya saja harness lebih mudah/praktis dan nyaman untuk
dipakai.
Jenis-jenis harness ;
a.
Seat-harness ; dipakai pada pinggang dan
paha.
b.
Full body harness ; dipakai pada
pinggang, paha dan badan bagian atas.
10. Helm
Berfungsi untuk melindungi kepala dari
batuan jatuh, benturan tebing saat memanjat.
11. Sepatu
Sepatu sangat berpengaruh pada suatu
pemanjatan tergantung pada medan yang akan dilalui.
Prosedur pemanjatan
1. Sebelum
pemanjatan dimulai
a.
Periksa semua alat yang disambung
jahitan
b.
Periksa simpul yang digunakan pada ;
c.
Ujung tali ke tubuh/sabuk pengaman
d.
Sambungan pada sling
e.
Jika menggunakan harness, poerhatikan
langkah mengunci
f.
Urai tali pemanjatan dengan dari tempat
yang bebas longsor batu
g.
Jangan menginjak tali
h.
Susun urutan pengaman berdasarkan
perkiraan celah pemanjatan
i.
Pemanjatan baru di mulai jika terjadi
kesepakatan antara pemanjat dengan belayer
j.
Hindari ditempat –tempat terbuka
sebelum/saat hujan
2. Selama
pemanjatan
a.
Jika hendak melepas tali utama, pemanjat
harus terikat pada pengaman emas (pengaman dengan nilai keamanan amat baik),
cowstail.
b.
Usahakan penambat (belayer) selalu dapat
melihat proses pemanjatan
c.
Pasang sedini mungkin pengaman kunci
(runner), pengaman awal yang sanggup menahan beban vertical dan horizontal (2,5
s/d 3 m dari dasar).
d.
Untuk penambatan diteras, tubuh penambat
harus selalu dihubung dengan 2 pengaman emas.
e.
Sesuaikan jarak simpul tambat dengan
posisi penambat, dengan memperhitungkan luas teras (daerah penambat)
f.
Salah satu pengaman emas penambat harus
menggunakan carabiner screw.
g.
Untuk mengurangi friksi, panjangkan
pengaman dengan sling
h.
Leader harus selalu memeriksa kondisi
pegangan
i.
Komunikasi yang jelas antara pemanjat
dan belayer
Pemanjat : “on belay” (saya akan memanjat,
apakah belaying sudah siap)
Belayer :
“belay on” (saya sudah siap)
Pemanjat
: “climbing” ( saya mulai
memanjat)
Belayer
: “climb” (silahkan memanjat)
Pemanjat
: “slack” (kendurkan tali)
Pemanjat
: “up rope” (tali dikencangkan
sedikit)
Pemanjat
: “pull” (tarik)
Pemanjat
: “off belay” (saya dalam posisi
baik tidak perlu lagi belay)
Belayer : “belay off” ( meyakinkan pemanjat
betul tidak butuhkan belaying lagi)
Pemanjat
: “tension” (tahan tali dengan
erat)
Pemanjat
: “falling” (saya jatuh, mohon
tali ditahan)
Pemanjat
: “rock” (ada benda keras yang
jatuh)
3. Sesudah
pemanjatan
a.
Susun kembali peralatan yang digunakan
selama pemanjatan
b.
Kalau terdapat cacat pada perlengkapan,
pengaman segera beeri tanda/ganti/perbaiki.
c. Jangan
menyimpan perlengkapan pemanjatan dekat dengan bahan kimia keras.
SOURCE : DIKTAT MAHAPATI UNISSULA
No comments:
Post a Comment