Thursday 19 March 2015

ROCK CLIMBING


source photo

Pemanjatan
Definisinya adalah sebuah perjalanan dengan medan yang curam (70°) memerlukan pengetahuan, ketrampilan dan peralatan yang memadai.
Berdasarakan jenis medannya :
1.      Medan alami tebing
2.      Medan buatan papan tembok

Dasar-dasar pemanjatan
Teknik pemanjatan
Teknik dasar pemanjatan pada dasarnya merupakan cara agar kita dapat menempatkan tubuh sedemikian rupa sehingga cukup stabil, memberi peluang untuk bergerak dan dapat bertahan lama, sehingga kita dapat melakukan pemanjatan dengan cepat.
Berdasarkan kondisi tebing
Pada umumnya dinding tebing terdiri dari berbagai macam crack dan ledges, sebagai akibat dari pengaruh iklim, suhu serta factor lainnya. Dinding tebing mengalami kontraksi dan ekspansi yang mengakibatkan munculnya celah mulai dari yang sempit sampai celah yang lebar. Dinding sering mengalami erosi sehingga menjadi kasar dan tidak rata permukaannya, sehingga dapat dijadikan tumpuan/pijakan. Karena banyaknya macam kondisi tebing ini, maka teknik memanjat dikelompokkan menjadi 3 kategori umum. Pengelompokan ini sesuai dengan bagian tebing yang dimanfaatkan untuk memperoleh gaya tumpuan dan pegangan.

1.      Face climbing
Yaitu memanjat tebing dimana masih terdapat tonjolan batu atau rongga yang memadai sebagai pijakan ataupun pegangan tangan. Berdasarkan bentuk tonjolan, tangan dapat memegang, menekan, menjepit dan menggenggam. Tonjolan tajam dan datar yang besar seluruh tangan dapat memegang, bila kecil dan sempit hanya beberapa jari saja yang dapat memegang pada tonjolan lengkung biasanya digenggam atau dicepit.
Tonjolan dapat juga dipakai sebagai injakan. Pada tonjolan yang sempit kaki hanya dapat bertumpu pada ujungnya saja. Tempatkan tumit lebih rendah dari ujung kaki yang bersinggungan dengan tebing agar tetap seimbang. Bila terlalu sempit sehingga ujung kaki pun tidak cukup maka tempatkan kaki sebelah dalam dari ujung kaki.

2.      Friction/Slab Climbing
Yaitu memanjat tebing hanya dengan mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya tumpuan.

3.      Fissure Climbing 
Yaitu memanjat tebing dengan memanfaatkan celah untuk memasukkan anggota badan.
Dengan cara demikian dan beberapa perkembangan dikenal teknik sebagai berikut :

a.       Jamming
Tehnik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu lebar, jari tangan/kaki dapat dimasukkan pada celah.
  
b.      Laybacking
Digunakan pada celah vertical yang membentuk sudut.
Dasar gerakan
Penggunaan gerakan berlawanan arah dengan cara menekan dengan mendorong dinding di depan dengan kaki dan menahan badan tarikan tangan pada celah.
Teknik ini sangat melelahkan. Perlu tenaga besar. Untuk menghemat tenaga usahakan tarikan tangan yang penuh menempatkan kaki tidak terlalu jauh dari tangan.

c.       Chimneying
Digunakan pada tebing memiliki celah vertikal yang besar dan luas sehingga membentuk suatu cerobong.
Dasar gerakan
Seluruh tubuh pemanjat diselipkan pada cerobong, gerakan naik dihasilkan dengan melakukan tekanan ke samping dan ke atas.
Berdasarkan besar celah terdapat 3 teknik
-  Wriggling
Pada celah yang agak lebar, sehingga seluruh badan dapat masuk dan kaki serta tangan dapat ditekuk
Dasar gerakan
Punggung, pundak dan kaki menyandar kesisi tebing belakang sedang lutut dan telapak tangan mendorong dinding ke depan

-  Backing up
Pada celah yang cukup besar, sehingga badan, kaki dan tangan dapat bergerak bebas. Jangan mengangkat badan terlalu jauh dari kaki agar tak tergelincir

-  Bridging
Celah sangat lebar, posisi tubuh harus menghadap luar atau dalam celah. Sebagian besar badan disangga kaki, sementara tangan membantu naik

Proses memanjat merupakan gabungan dari berbagai kegiatan dasar yaitu :
1.   Mengamati, mengenal medan, dan menentukan lintasan yang akan dilalui baik secara keseluruhan maupun selangkah, yang sangat menentukan untuk langkah berikutnya.,
2.      Memikirkan tehnik yang akan dipakai secara keseluruhan maupun selangkah demi selangkah.
3.      Mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan.
4.      Gerak memanjat yang sesuai dengan lintasan dan tehnik yang direncanakan.

Pedoman pemanjatan :
1.      Jaga keseimbangan tubuh (balance)
2.      Jangan membebankan berat pada tangan atau kaki saja tetapi seimbang
3.      Jangkauan jangan terlalu jauh (boros tenaga)
4.      Gunakan tehnik 3.1 (3 bertumpu 1 mencari)

Langkah-langkah pemanjatan :
1.      Pemilihan rute (berdasar data dan kemampuan)
2.      Persiapan fisik
3.      Persiapan peralatan
4.      Kemampuan teknis
5.      Menentukan leader dan belayer 
6.      Persiapan
7.      Pemanjatan mulai

Gerakan dasar pemanjatan :
1.      Dalam memanjat tidak berbeda dengan menaiki tangga, sedapat mungkin kekuatan tertumpu pada kaki dan bukan tangan. Sedapat mungkin posisi tangan lurus karena dengan posisi tangan lurus beban yang diterima relative kecil.

2.      Pada kebanyakan pemanjat pemula dalam memegang point (tebing), mereka selalu menggunakan keseluruhan jari tangan (menggenggam). Hal tersebut tidak perlu, karena dalam memegang point hanya jari yang digunakan untuk seperlunya saja asal jari tidak tergelincir  dari point dan aman. Jari harus rileks dalam memegang point.

3.      Pada saat mencapai pegangan, usahakan posisi lengan dekat/menempel dengan tebing. Hal tersebut menyebabkan gravitasi tubuh semakin dekat dengan tebing, selain itu dengan posisi lengan menempel pada tebing akan menambah jangkauan tangan kita.

4.      Pada saat mencapai pegangan, pegangan tersebut jangan langsung dibebani dengan seluruh berat badan kita. Point/pegangan terlebih dahulu dirasakan dengan jari kita untuk mendapatkan posisi tangan yang terbaik dan tepat. Karena setiap point akan berbeda dalam cara memegangnya.

5.      Ketika mulai memanjat dan sedang memanjat, usahakan jangkauan jangan terlalu jauh, sehingga berat badan masih tetap terkonsentrasi pada bidang tumpuan. Gerakan yang cepat dan tergesa-gesa bisa berbahaya.

6.      Dalam pergerakan, menyilangkan kaki akan dapat menghilangkan keseimbangan dan biasanya sulit dilakukan. Penting sekali bergerak dengan 3 bagian anggota badan tetap pada tumpuan sedang 1 anggota badan lainnya mencari tumpuan baru. Gerakan ini disebut 3.1, sebelum bertumpu pada suatu pegangan hendaknya dicoba dulu apakah tumpuan tersebut mampu menahan beban tubuh kita.

Macam pegangan tangan :
-   Open grip
-   Cling grip
-   Cling grip+thumb
-   Vertical grip
-   Pocket grip
-   Pinch grip

Belaying adalah suatu cara yang digunakan untuk mengulur tali, juga tehnik untuk secara cepat menahan/mengamankan pemanjat apabila jatuh. Semua system proteksi dari rock climbing tergantung pada kepastian dari kerja belay anchor dan belayer sehingga perhatian terhadap belay anchor dan belayer sangat diperlukan :
-   Sticht plate
-   Lowe tuber
-   Munter hitch/Italian hitch
-   Figure of 8

Pembagian pemanjatan berdasarkan pemakaian alat :

1.      Free climbing
Pada free climbing sipemanjat memanfaatkan alat hanya sebagai pengaman. Tali, carabiner, sling, chock, dan piton tetap dipakai, tetapi hanya dipakai sebagai pengaman bila jatuh.

2.      Free soloing climbing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si pemanjat benar-benar melakukannya dengan segala resiko yang siap dihadapinya seorang diri. Dalam pergerakannya dia tidak memerlukan pengaman. Peralatan yang digunakan biasanya adalah sepatu dan chalk bag

3.      Artificial climbing
Adalah pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan seperti paku tebing, bor, stirrup, dan lain-lain. Alat-alat tersebut digunakan untuk menambah ketinggian.

Teknik turun/rappelling
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai tehnik yang sepenuhnya tergantung dari peralatan.
Prinsip rappelling sebagai berikut :
1.      Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
2.      Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
3.      Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan turun.
4.      Dalam melakukan rappelling usahakan posisi badan selalu tegak lurus dengan tebing dan jangan terlalu cepat turun.

Sebelum memulai turun sebaiknya:
1.      Periksa terlebih dahulu anchor
2.      Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang digunakan
3.      Pastikan bahwa tali sampai pada dasar tebing
4.      Mengamati lintasan yang akan dilalui
5.      Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut pada carabiner atau peralatan lainnya.

Macam-macam dan variasi tehnik rappelling :

1.      Body rappel
Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupapada bagian badan. Pada tehnik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang bergesekan akan panas.

2.      Brakebar rapple
Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali dan brakebar. Modifikasi lain brakebar adalah descender (figure of eight). Pemakaiannya hamper sama, dimana gaya gesek diberikan pada descender.

3.      Sling rapple
Menggunakan sling atau tali tubuh, carabiner dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain, dan dirasa cukup aman.

4.      Arm rappel
Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam.

Peralatan pemanjatan :

1.      Tali karmantel
Fungsi utama tali adalah sebagai pengaman apabila jatuh.
Macam tali  karmantel berdasarkan kelenturannya :
a.       Tali Statis
Tali pemanjatan yang memiliki kelenturan mencapai 2-5 % dari berat maximum yang diberikan, sifatnya kaku. Biasa digunakan untuk caving.
b.      Tali Dinamis
Tali pemanjatan yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maximum yang diberikan, sifatnya lentur dan flexible. Biasa digunakan untuk rock climbing.
c.       Tali Semi Statis
Tali pemanjatan yang kelenturannya mencapai 10 % dari berat maximum yang diberikan. Biasa digunakan untuk rescue.

Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjaga keawetan tali :
a.       Untuk mencegah mbrodol, ujung tali haruslah dirapatkan dengan cara membakarnya atau ditempelkan dengan pisau panas.
b.      Tali yang baru terlebih dahulu di cuci, agar sisa minyak dari pabrik dapat hilang dan lapisan luar bersatu.
c.       Hindari tali dari  terik panas matahari, karena tali nilon akan meleleh pada suhu 215-220°C, ketika rappelling janganlah turun terlalu cepat karena akan menyebabkan panas pada tali.
d.      Untuk menghindari gesekan, lapisilah tebing yang akan dilalui dengan matras.
e.       Hindari turun dengan meloncat dan menghentak tali.
f.       Hindari tali dari zat-zat kimia apapun agar tidak cepat lapuk.
g.      Jangan menduduki atau menginjak tali, karena tanah dan kotoran lain dapat menyelinap masuk diantara serat –serat tali dan mempercepat kerusakan tali tanpa diketahui.
h.      Jangan menggantung tali dengan beban dengan jangka waktu yang lama.
i.        Lepaskan segala jenis simpul setelah memakai tali.
j.        Hindari gesekan tali dengan tali yang lain, karena dalam waktu singkat tali akan menjadi panas.
k.      Jangan sekali menggunakan tali untuk menarik mobil atau benda berat lainnya, karena dapat menyebabkan daya elastisnya hilang.
l.        Cucilah tali setelah dipakai untuk eksplorasi atau latihan. Jangan menggunakan air panas semakin dingin air yang dipakai semakin baik, jangan menggunakan sabun.
m.    Lakukanlah pemeriksaan tali sebelum dipakai, tali seringkali mengalami kerusakan pada bagian dalamnya; seratnya putus sebagian misalnya. Untuk pengecekan, rabalah dan telusuri tali jengkal demi jengkal bila ada bagian yang putus akan terasa dari perbedaan besar diameter tali tersebut.
n.      Catatlah riwayat pemakaian tali untuk mengetahui batas kekuatannya.

Macam – Macam Simpul
1.      Simpul mati
Gunanya untuk menyambung dua utas tali yang sama besar dalam keadaan kering.

2.      Simpul hidup
Gunanya sebagai awal suatu ikatan, mengikat sementara, membuat tangga tali

3.      Simpul jangkar
Gunanya untuk mengikat tali pada tiang, mematikan/ mengunci ikatan/simpul, membuat tandu darurat.

4.      Simpul anyam tunggal
Gunanya untuk menyambung dua utas tali dalam keaaan kering yang tidak sama besarnya

5.      Simpul anyam berganda
Gunanya untuk menyambung dua utas tali yang sama besarnya dalam keadaan basah atau licin

6.      Simpul pangkal
Gunanya untuk mengikat tali pada tiang sebagai simpul permulaan

7.      Simpul tambat
Gunanya untuk mengikat pada tiang, mudah dilepaskan dan bila ditarik semakin kuat

8.      Simpul penarik
Gunanya untuk menarik benda yang cukup besar

9.      Simpul tarik
Gunanya untuk mengikat tali pada tiang dan mudah dilepaskan

10.  Simpul prusik
Gunanya untuk pertolongan dimana dibutuhkan gerakan naik turun

11.  Simpul belay
Gunanya untuk membelay pemanjat / turun tebing

12.  Simpul delapan
Gunanya untuk akhir simpulan dan pengaman tubuh

13.  simpul laso
Gunanya untuk menjerat / menangkap hewan

14.  Simpul kursi
Gunanya untuk mengangkat atau menurunkan korban dari tebing

15.  Simpul kambing
Gunanya untuk mengikat sesuatu tapi yang diikat masih leluasa bergerak

16.  Simpul tiang berganda
Gunanya untuk menolong orang/mengangkat atau menurunkan korban

17.  Simpul pita
Gunanya untuk menyambung pita/webbing
  
18.  Simpul nelayan
Gunanya untuk mengikat dua ujung tali yang sama besar dan licin

2.      Carabiner
Adalah sebuah cincin pengait yang berbentuk oval atau huruf D. carabiner berfungsi untuk menghubungkan tali dengan runner (titik pengaman). Kekuatan carabiner tercantum pada bodynya. Ada dua jenis carabiner ;
a.       Carabiner screw gate (menggunakan kunci pengaman)
b.      Carabiner  non screw gate (tanpa kunci pengaman)

Kekuatan karabiner tergantung dari jenis logam :
a.       Besi baja
Kuat, tetapi  berat sehingga kurang praktis bila harus membawa banyak karabiner.
b.      Campuran aluminium
        Ringan, tetapi kekuatan sama dengan besi baja.

3.      Webbing
Berupa pita yang terbuat dari bahan nilon dan tidak mempunyai daya lentur.
Ada 2 jenis webbing
a.       Tubular (berbentuk bulat)
b.      Non tubular ( berbentuk pipih )

Berfungsi sebagai :
a.       Sebagai penghubung
b.      Membuat natural point dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing
c.       Mengurangi gaya gesek
d.      Memperpanjang point
e.       Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau phiton yang terpasang
f.       Sebagai runner
g.      Sebagai harness

4.      Ascender
a.       Alat bantu untuk naik, merupakan perkembangan dari prussik
b.      System kerjanya alat akan menjepit tali bila di bebani dan dapat digeser-geser ke atas dengan mudah bila tak menerima beban.
c.       Alat ini dapat merusak tali.karena menjepit berpaku tajam

5.      Descender
Alat bantu turun tebing curam (rapling) dengan memanfaatkan system geseran.
Jenis –jenis descendeur :
a.       Figure of eight
b.      Brake bar
c.       Auto stop
d.      Modifikasi dari carabiner
Dari semua diatas figure of eight dan brake bar yang baik dipakai. Karena dapat berfungsi ganda sebagai alat belaying.

6.      Pasak /piton
Terbuat dari bahan metal dalam berbagai bentuk. berfungsi sebagai pengaman, piton/pasak ini ditancapkan pada rekahan/celah tebing.
Bahan ; baja lunak, baja kromoli, baja putih dan campuran aluminium
Tipe ; piton bilah, piton siku

7.      Chock
Sebuah alat yang dimasukkan ke celah batu dengan jari tangan hingga terjepit dan dapat menahan beban dari arah tertentu, disebut juga pengaman sisip.
Secara garis besar mempunyai 3 bentuk :
a.       Bulat (round)
b.      Segi enam (hexagonal )disebut juga hexentrik / hex
c.       Baji/pipih (wedge) disebut juga stopper

8.      Friend / pengaman sisip pegas
Sebagai alat penjapit bila bentuk celah tebing tidak sesuai dengan chock.
Macamnya dengan jumlah sisip genap, ganjil dan big brother.

9.      Harness/sabuk pengaman
Sama halnya dengan webbing berfungsi sebagai tali tubuh, hanya saja harness lebih mudah/praktis dan nyaman untuk dipakai.
Jenis-jenis harness ;
a.       Seat-harness ; dipakai pada pinggang dan paha.
b.      Full body harness ; dipakai pada pinggang, paha dan badan bagian atas.

10.  Helm
Berfungsi untuk melindungi kepala dari batuan jatuh, benturan tebing saat memanjat.

11.  Sepatu
Sepatu sangat berpengaruh pada suatu pemanjatan tergantung pada medan yang akan dilalui.

Prosedur pemanjatan
1.      Sebelum pemanjatan dimulai
a.       Periksa semua alat yang disambung jahitan
b.      Periksa simpul yang digunakan pada ;
c.       Ujung tali ke tubuh/sabuk pengaman
d.      Sambungan pada sling
e.       Jika menggunakan harness, poerhatikan langkah mengunci
f.       Urai tali pemanjatan dengan dari tempat yang bebas longsor batu
g.      Jangan menginjak tali
h.      Susun urutan pengaman berdasarkan perkiraan celah pemanjatan 
i.        Pemanjatan baru di mulai jika terjadi kesepakatan antara pemanjat dengan belayer
j.        Hindari ditempat –tempat terbuka sebelum/saat hujan

2.      Selama pemanjatan
a.       Jika hendak melepas tali utama, pemanjat harus terikat pada pengaman emas (pengaman dengan nilai keamanan amat baik), cowstail.
b.      Usahakan penambat (belayer) selalu dapat melihat proses pemanjatan
c.       Pasang sedini mungkin pengaman kunci (runner), pengaman awal yang sanggup menahan beban vertical dan horizontal (2,5 s/d 3 m dari dasar).
d.      Untuk penambatan diteras, tubuh penambat harus selalu dihubung dengan 2 pengaman emas.
e.       Sesuaikan jarak simpul tambat dengan posisi penambat, dengan memperhitungkan luas teras (daerah penambat)
f.       Salah satu pengaman emas penambat harus menggunakan carabiner screw.
g.      Untuk mengurangi friksi, panjangkan pengaman dengan sling
h.      Leader harus selalu memeriksa kondisi pegangan
i.        Komunikasi yang jelas antara pemanjat dan belayer
Pemanjat         : “on belay” (saya akan memanjat, apakah belaying sudah siap)
Belayer            : “belay on” (saya sudah siap)
Pemanjat         : “climbing” ( saya mulai memanjat)
Belayer            : “climb” (silahkan memanjat)
Pemanjat         : “slack” (kendurkan tali)
Pemanjat         : “up rope” (tali dikencangkan sedikit)
Pemanjat         : “pull” (tarik)
Pemanjat         : “off belay” (saya dalam posisi baik tidak perlu lagi belay)
Belayer            : “belay off” ( meyakinkan pemanjat betul tidak butuhkan belaying lagi)
Pemanjat         : “tension” (tahan tali dengan erat)
Pemanjat         : “falling” (saya jatuh, mohon tali ditahan)
Pemanjat         : “rock” (ada benda keras yang jatuh)

3.      Sesudah pemanjatan
a.       Susun kembali peralatan yang digunakan selama pemanjatan
b.      Kalau terdapat cacat pada perlengkapan, pengaman segera beeri tanda/ganti/perbaiki.
c.       Jangan menyimpan perlengkapan pemanjatan dekat dengan bahan kimia keras.

            SOURCE : DIKTAT MAHAPATI UNISSULA


Unknown Web Developer

No comments:

Post a Comment